Proses Masuknya Agama Islam ke Indonesia

Januari 08, 2017 0 Comments A+ a-




Oke Guys, ketemu lagi dengan incess disini :D
Sudah berapa lama tidak berjumpa? rasanya lama sekali bukan :'D 
Untuk sekarang, Aprill mau share tugas-tugas yang pernah Aprill kerjakan dimasa Muda (re : SMK)! Oke, Enjoy!





Nama       : Aprillia Ayu Lestari        
Kelas       : X-TKJ-2
No. Abs      : 6



1. Bagaimana Proses Masuknya Islam ke Indonesia?



Proses Masuknya Agama Islam ke Indonesia

A.        Teori-teori Masukya Agama Islam ke Indonesia.

            Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu:

1)         Teori Gujarat

            Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:

a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya Batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al-Shaleh pada tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat

            Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye,W.F. Stutterheim dan Bernard H. M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik  Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.

            Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia. (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.

2)         Teori Mekkah

            Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:

a. Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam, dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita dari Cina.
b. Kerjaan Samudera Pasai penganut aliran mahzab Syafi’i, dimana pengaruh mahzab  Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mahzab Hanafi.
c. Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al-Malik yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung Teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan polotik Islam, jadi masuknya ke Inonesia terjadi jauh sebelumnya abad ke-7 dan berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

3)         Teori Persia

            Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dari teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat IslamIndonesia seperti:

1) Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein, cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. DiSumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
2) Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaituAl – Hallaj.Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
3) Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
4) Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah namasalah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

            Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dankelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwaIslam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaranIslam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).


B.        Sumber-sumber yang menerangkan masuk dan berkembangnya agama Islam ke nusantara.

1. Sumber dari luar negeri.

            a. Berita dari bangsa Arab yang melakukan perdagangan dengan Indonesia sekitar abad ke-7             pada masa kerajaan Sriwijaya.
            b. Berita dari Marco Polo tentang adanya kerajaan Islam yang pertama di Nusantara yaitu             Samudera Pasai.
            c. Berita dari India bahwa para pedagang India dari Gujarat telah melakukan penyebaran Islam             di Nusantara.
            d. Catatan Ma-Huan dari Cina, yang menceritakan bahwa kira-kira sekitar tahun 1400 telah ada             saudagar-saudagar Islam yang tinggal di pesisir pantai utara Pulau Jawa.

1. Sumber dari dalam negeri.

            a. Penemuan batu di Lenan Gresik yang telah menggunakan bahsa Arab dan diduga telah adalah  makam dari Fatimah Binti Maimun (1028).
            b. Makam Sultan Malik As-Shaleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan 676  H atau1297 M.
            c. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang Wafat tahun 1419 M.
 
            Ditengah perbedaan penafsiran proses masuk dan berkembangannya agama Islam di Nusantara tersebut, para ahli sepakat bahwa golongan pembawa agama Islam di Nusantara adalah kaum pedagang, selain sebagai kewajiban seorang Muslim, penyebaran agama melalui perdagangan ketika itu merupakam jalan yang paling efisien.
Pada saat itu pelayaran dan perdgangan internasional sangant berkembang. Tidak heran jika daerah pesisir pantai terlebih dahulu memeluk agama Islam adalah daerah Pesisir. Selain itu, kaum mubaligh atau guru agama juga datang untuk mengajarkan dan menyebarkan agama Islam.
Kedatangan para mubaligh ini mempercepat islamisasi daerah-daerah di Nusantara. Mereka mendirikan banyak pesantren yang mencetak kader-kader ulama atau guru agama lokal. Golongan lain yang juga disebut sebagai pembawa agama Islam adalah penganut Tasawuf  (kaum sufi). Mereka diperkirakan masuk ke Nusantara pada abad ke-13.

Selain golongan pembawa tentu terdapat pula golongan penerima agama Islam. Diantaranya adalah

1. Para adipati pesisir yang langsung berhubungan denagn pedagang muslim,
2. Raja dan bangsawan yang ikut mempercepat perkembangan Islam,
3. Para pedagang muslim yang terlibat langsung dengan pedagang Islam dari luar,
4. Para wali songo,
5. Rakyat yang di Islamkan Wali songo.


C.        Saluran dan Proses Islamisasi di Nusantara

            Islamisasi di nusantara pada umumnya berjalan damai, melalui perdagangan dan dakwah oleh para mubaligh dan sufi. Namun, ada kalanya penyebaran diwarnai dengan penaklukan, misalnya jika situasi politik dikerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Disamping itu, islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan kekuasaan dalam menghadapi lawan.

a. Perdagangan

            Islamisasi melaluai jalur perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas perdagangan laut pada abad ke-7 hingga abad ke-16. Pada saat iti, pedagang muslim yang berdagang ke nusantara semakin banyak sehingga akhirnya membentuk pemukiman yang disebut pekojan. Dari tempat ini, mereka berinteraksi dan berasimilasi dengan masyarakat asli sambil menyebarkan agama Islam.

b. Perkawinan
            Para pedagang yang datang ke nusantara danyak yang menikah dengan wanita pribumi. Sebelum perkawinan berlangsung, wanita-wanita pribumi yang belum beragama Islam diminta mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya. Dengan proses seperti ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun berkembang dari komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan Islam.

c. Tasawuf
            Saluran penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya adalah melalui tasawuf. Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Abdul Shamad dan Nuruddin Ar-Ranirry.

d. Kesenian
            Saluran penyebaran agama Islam di Nusantara terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni bangunan, seno pahat, seni musik, dan seni sastra. Hasil-hasil tersebut dapat pula dilihat pada masjid-masjid kuno di Demak, Cirebon, Banten, dan Aceh.

e. Dakwah Wali Songo
            Proses penyebaran Islam di Nusantara khususnya di pulau Jawa tidak lepas dari peranan para wali. Para wali bertindak sebagai juru dakwah, penyebar dan perintis agama Islam. Dengan bekalpengetahuan agama dan keahlian tersebut,para wali mendapat banyak pengikut dan sangat dihormati.
            Di Jawa, terdapat sembilan wali yang sangat terkenal. Para wali ini kemudian dikemal dengan sebutan Wali Songo ( wali sembilan, karena jumlah wali ada sembilan orang). Mereka adalah sebagai berikut.
1. Sunan Ampel (Raden Rahmat), di Ampel, Surabaya.
2. Sunan Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
3. Sunan Giri (Raden Paku), di Bukit Giri, Surabaya.
4. Sunan Drajat, di Drajat, Surabaya.
5. Sunan Bonan (Makdum Ibrahim), di Bonang, Tuban
6. Sunan Muria, yang tinggal di lereng gunung Muria, Kudus.
7. Sunan Kalijaga (Joko Said), di Kalidangu, Demak.
8. Sunan Kudus, yang bertempat tinggal di Kudus.
9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), di Gunung Jati, Cirebon


2. Dipedesaan, sering ada 'selametan' untuk suatu peristiwa atau peringatan disertai dengan doa secara islam. Sementara, dalam Islam tidak ada. Mengapa? Jelaskan!

Karena, selametan ialah bentuk adat isitiadat dari suatu wilayah yang digunakan oleh wali songo untuk mengajarkan Islam didalamnya sebagai salah satu ucapan syukur kepada Tuhan.



3. Jelaskan tentang upacara tabot(Bengkulu) dan apa hubungannya dengan islam?

Perayaan Tabot pada mulanya dibawa dan dikembangkan oleh orang-orang India asal Siphoy yang datang bersama datangnya tentara Inggris ke Bengkulu tahun 1685. Mereka datang ke Bengkulu dari Madras-Benggali India bagian selatan, bersama-sama bangsa Inggris semasa pendudukannya di Bengkulu.


4. Mengapa islam diterima di Indonesia?

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan islam begitu mudah diterima dan dengan cepat menyebar untuk menggantikan agama Hindu dan Budha di Nusantara.
Adapun faktor-faktor tersebut adalah:
                                         
1. Daya Tarik Islam
Salah satu keunggulan Islam adalah watak dan semangat egaliternya. Kehidupan pembawa agama ini di Nusantara terdiri dari para pedagang yang kaya, makmur dan terpelajar.
Dengan memeluk agama ini, penduduk pribumi berpeluang meningkatkan taraf hidup dan status sosialnya. Misalnya saja dapat berpartisipasi dalam perdagangan regional dan antarpulau, serta mampu memasukkan anak-anak mereka ke lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan.
Sudah menjadi kebiasaan, di mana saja terdapat komunitas Islam dalam jumlah besar disitu pula hadir para pendakwah dan guru agama. Masjid-masjid dan madrasah didirikan serta pengajian-pengajian diselenggarakan secara intensif.

2. Penggunaan Kesenian
Inilah yang dilakukan oleh Walisangaq di Jawa, seperti Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunungjati.
Seorang sejarawan Persia abad ke-15 M yang tinggal lama di Malabar, Zainuddin al-Ma’bari menulis dalam bukunya Tuhfat al-Mujahidin bahwa banyak penduduk India Selatan dan Nusantara tertarik memeluk agama Islam setelah menyaksikan dan mendengar pembacaan riwayat hidup dan perjuangan Nabi Muhammad SAW yang disampaikan dalam bentuk syair dan dinyanyikan.
Yang dimaksud Zainuddin al-Ma’bari adalah pembacaan Kasidah Burdah, Syaraful Anam, Syair Rampai Maulid dan yang sejenis itu hingga sekarang masih kita saksikan di kalangan masyarakat muslim tradisional di seluruh dunia Islam.


3. Meningkatnya Jumlah Muslim Pribumi dan Berbagai Etnik dalam Jaringan dan Kegiatan Perdagangan

Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan ekonomi. Mereka yang tinggal di kota-kota pelabuhan mulai banyak yang meninggalkan pasar tradisional, menjadi perantau dan pelayar yang tangguh.
Dengan demikian mobilitas sosial terjadi, baik secara horizontal maupun vertikal. Etos dan budaya dagang juga berkembang. Tentu saja ini bisa kita lihat pada etnik-etnik pesisir yang telah lama memeluk Islam dan menjadikan Islam sebagai bagian dari dirinya seperti Minangkabau, Bugis, Makassar, Banjar, Madura, Jawa Pesisir, Palembang dan lain-lain.
Mereka adalah contoh beberapa suku bangsa Nusantara yang memiliki budaya dagang yang kuat. Khusus etnik Bugis, Makassar dan Madura memiliki tradisi pelayaran jarak jauh yang tangguh sampai sekarang. Semua itu merupakan dampak dari kedatangan dan perkembangan Agama Islam.
Selain ketiga faktor tersebut diatas, diterimanya agama Islam di Nusantara ini tidak terlepas dari peran penting penggunaan bahasa melayu yang menjadi media penyebaran agama dan bahasa pengantar dalam lembaga-lembaga Pendidikan.




5. Siapakah sunan ampel?
SunanAmpel

Sunan Ampel merupakan salah seorang anggota Walisanga yang sangat besar jasanya dalam perkembangan Islam di Pulau Jawa. Sunan Ampel adalah bapak para wali. Dari tangannya lahir para pendakwah Islam kelas satu di bumi tanah Jawa. Nama asli Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Sedan            gkan sebutan sunan merupakan gelar kewaliannya, dan nama Ampel atau Ampel Denta itu dinisbatkan kepada tempat tinggalnya, sebuah tempat dekat Surabaya.

Ia dilahirkan tahun 1401 Masehi di Champa.Para ahli kesulitan untuk menentukan Champ adisini, sebab belum ada pernyataan tertulis maupun prasasti yang menunjukkan Champa di Malaka atau kerajaan Jawa. Saifuddin Zuhri (1979) berkeyakinan bahwa Champa adalah sebutan lain dari Jeumpa dalam bahasa Aceh, oleh karena itu Champa berada dalam wilayah kerejaan Aceh. Hamka (1981) berpendapat sama, kalau benar bahwa Champa itu bukan yang di Annam IndoCina, sesuai Enscyclopaedia Van Nederlandsch Indie, tetapi di Aceh.


Ayah Sunan Ampel atau Raden Rahmat bernama Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gresik. Ibunya bernama Dewi Chandrawulan, saudara kandung Putri Dwarawati Murdiningrum, ibu Raden Fatah, istri raja Majapahit Prabu Brawijaya V. Istri Sunan Ampel ada dua yaitu: Dewi Karimah dan Dewi Chandrawati. Dengan istri pertamanya, Dewi Karimah, dikaruniai dua orang anak yaitu: Dewi Murtasih yang menjadi istri Raden Fatah (sultan pertama kerajaan Islam Demak Bintoro) dan Dewi Murtasimah yang menjadi permaisuri Raden Paku atau Sunan Giri. Dengan Istri keduanya, Dewi Chandrawati, Sunan Ampel memperoleh lima orang anak, yaitu: Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum, Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Drajat atau kadang-kadang disebut Sunan Sedayu.

Sunan Ampel dikenal sebagai orang yang berilmu tinggi dan alim, sangat terpelajar dan mendapat pendidikan yang mendalam tentang agama Islam. Sunan Ampel juga dikenal mempunyai akhlak yang mulia, suka menolong dan mempunyai keprihatinan sosial yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial.

Silahkan Berkomentar Positif Ya ^^