Itik…

Maret 17, 2017 1 Comments A+ a-


Hasil gambar untuk tumblr duckling 



Siapa itik? Mengapa itik? Tujuannya apa?






Itik adalah seekor anak bebek. Bebek kecil yang berusaha untuk tetap hidup dan lolos dari seleksi alam. Berkembang menjadi anak bebek yang aktif dan berlarian kesana kemari. Si bebek kecil ini memiliki banyak sekali teman, tapi sayang beribu sayang si itik terlalu sering dibodohi. Mengapa? Ya, karena si itik terlalu mudah untuk percaya kepada orang lain.

Seiring bergantinya mentari dengan rembulan. Terlewatinya beberapa musim. Si itik kecil berubah menjadi Bebek remaja yang pendiam dan tidak banyak berteman. Ia lebih senang bermain di dalam rumah dan membantu orangtua nya. Ia hanya tidak terlalu ingin menghabiskan waktu diluar. “Dunia banyak membohongiku.” Begitu katanya.

Ia terus seperti itu sampai menjelang dewasa. Bahkan beberapa saat lagi kata “remaja” tak akan berguna banyak untuknya. Ia sadar harus bisa membagi waktu di dalam hidupnya. Tidak melulu soal rumah ataupun bermain. “Semuanya harus imbang!” begitu suara pikirnya.

Di fase itu, si itik setengah dewasa ini menemukan seekor itik yang sudah dewasa. Si itik dewasa selalu menemaninya kemanapun ia mau. Menyemangatinya dan itik kecil merasa bahwa itik dewasa ini lah yang akan menjadi pasangannya nanti. Setiap hari mereka lalui. Tidak ada hari yang tidak seru. Bercanda, menangis, tertawa, semua sudah biasa.

Sekarang, itik kecil sedang kesulitan. Ia hampir depresi. Ia merasa dunianya telah hilang. Tidak ada lagi yang mau menerimanya selain keluarga dan calon pasangannya. Beberapa itik ada yang mendukungnya agar tetap semangat dan menjadi itik kecil seperti sedia kala. Namun sayang, si itik kecil sudah terlalu kecewa. Ia merasa terhina. Ia merasa tak pantas dan tak ada tempat lagi baginya.




Bagaimana si itik kecil bertahan? Akankah ia bertahan atau menyerah? Entah, dalam hatinya pun berkata, “Aku sudah berusaha. Biarlah Tuhan dan waktu yang menjawab semuanya.

Apa Kabar, Wahai Cinta?

Maret 14, 2017 0 Comments A+ a-


 Selasa, 14 Maret 2017.



Hasil gambar untuk tumblr love


Senja menjingga dilangit barat. Ku tengok ke kanan dan kiri, banyak muda-mudi duduk berdua menikmati hangat udara sore. Saling pandang, berpegang tangan, bercanda tawa, bahkan ada yang terlihat sangat menikmati perbincangan yang serius. Entah apa yang sedang mereka bayangkan dan bicarakan. Diluar itu, ku terduduk sendiri menatap satu bentukan awan yang tebal. Berwarna jingga terkena sinar perpisahan mentari. Hangat rasanya. Tetapi dingin, karena aku disini tanpa sosokmu.

Aku bertanya dalam diam. Dimanakah engkau? Apa yang sedang kau lakukan disana? Namun keterdiaman itu tidak banyak membantu. Hening. Sepi. Lama-lama membisu. Bahkan angin sudah berhasil mengalahkan keheninganku. Semilirnya memeluk dingin. Membuat hati terasa makin ter-iris. Aku tidak terisak diluar. Namun aku terisak di dalam duniaku. Di dalam dada dan kepalaku.

Mengingatmu. Kau satu-satunya yang selalu ku rindu. Bayang wajah yang selalu terlintas di benakku. Salah satu sayap yang menerbangkan ku menggapai angan. Selalu ada setiap hari bak sinar mentari pagi. Kau. Dirimu yang menyebalkan. Dirimu yang keras kepala. Dirimu yang kurindukan. Dirimu yang bisa menjadi apa pun yang kau dan aku mau. Dirimu yang membuat ku jatuh mencinta.

Cinta. Kemana perginya kata itu? Kata yang belakangan ini terasa asing. Kata yang mengikat kita dan membuat jarak diantara kita. Satu kata sederhana dengan banyak makna. Kata yang terangkai dari huruf-huruf yang berbeda, yang akhirnya bersatu. Bukankah harusnya setiap orang yang mencinta seperti itu? Bersatu. Tumbuh bersama. Berdua, dan melahirkan cinta lainnya? Bukankah cinta membawa pada kedamaian dan kebersamaan? Iya, dulu memang seperti itu. Rengkuhan tanganmu memeluk ku saat ku terjatuh. Melindungiku agar tak tergores luka. Tapi sekarang, dimanakah cinta itu? Kemana pergi nya? Apakah cinta sudah berlari terlalu jauh? Ataukah kita yang berlari mendahului cinta? Meninggalkannya dan berlalu pergi.

Aku masih ingat, saat-saat pertama ku mengenalmu. Perkenalan yang dulu pernah ku sesali, namun ternyata aku sadar bahwa Tuhan yang mengirim anugerah itu. Kau dan cintamu. Datang menyapa. Menuliskan kenangan di buku harian hitam-putih ku. Memberikan setitik warna yang kemudian menjadi pelangi. Pelangi yang tak akan pernah hilang meski hujan tlah berlalu.






"Dan sekarang, satu hal yang selau ingin ku tanyakan. Apa kabarmu, Wahai Cinta?"