Proses Masuknya Agama Islam ke Indonesia
Oke Guys, ketemu lagi dengan incess disini :D
Sudah berapa lama tidak berjumpa? rasanya lama sekali bukan :'D
Untuk sekarang, Aprill mau share tugas-tugas yang pernah Aprill kerjakan dimasa Muda (re : SMK)! Oke, Enjoy!
Nama : Aprillia Ayu Lestari
Kelas : X-TKJ-2
No. Abs
: 6
1. Bagaimana Proses Masuknya Islam ke Indonesia?
Proses
Masuknya Agama Islam ke Indonesia
A. Teori-teori
Masukya Agama Islam ke Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama
Islam di Indonesia menurut Suryanegara dalam bukunya yang
berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu:
1) Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam
masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay),
India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya
fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia.
b.
Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya
Batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Sultan Malik Al-Shaleh pada tahun 1297
yang bercorak khas Gujarat
Pendukung teori Gujarat adalah
Snouck Hurgronye,W.F. Stutterheim dan Bernard H. M. Vlekke. Para ahli
yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari
keterangan Marcopolo dari Venesia. (Italia) yang pernah singgah di Perlak
( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk
yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran
Islam.
2) Teori Mekkah
Teori ini merupakan teori baru yang
muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.Teori Makkah
berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya
berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a.
Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan
Islam, dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan
sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita dari Cina.
b.
Kerjaan Samudera Pasai penganut aliran mahzab Syafi’i, dimana pengaruh
mahzab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mahzab Hanafi.
c.
Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al-Malik yaitu gelar tersebut
berasal dari Mesir. Pendukung Teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W.
Arnold. Para ahli yang mendukung teori menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri
kekuasaan polotik Islam, jadi masuknya ke Inonesia terjadi jauh sebelumnya abad
ke-7 dan berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.
3) Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dari
teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat IslamIndonesia
seperti:
1)
Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan
Husein, cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam
Iran. DiSumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara
Tabuik/Tabut.Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
2)
Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran
yaituAl – Hallaj.Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab
untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
3)
Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
4) Adanya
perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah namasalah satu
Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya
masing-masing memiliki kebenaran dankelemahannya. Maka itu berdasarkan
teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwaIslam masuk ke Indonesia dengan
jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13.
Sebagai pemegang peranan dalam penyebaranIslam adalah bangsa Arab, bangsa
Persia dan Gujarat (India).
B. Sumber-sumber
yang menerangkan masuk dan berkembangnya agama Islam ke nusantara.
1. Sumber
dari luar negeri.
a. Berita dari bangsa Arab yang
melakukan perdagangan dengan Indonesia sekitar abad ke-7 pada masa kerajaan Sriwijaya.
b. Berita dari Marco Polo
tentang adanya kerajaan Islam yang pertama di Nusantara yaitu Samudera Pasai.
c. Berita dari India bahwa para
pedagang India dari Gujarat telah melakukan penyebaran Islam di Nusantara.
d. Catatan Ma-Huan dari Cina, yang
menceritakan bahwa kira-kira sekitar tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang tinggal
di pesisir pantai utara Pulau Jawa.
1.
Sumber dari dalam negeri.
a. Penemuan batu di Lenan Gresik
yang telah menggunakan bahsa Arab dan diduga telah adalah makam dari Fatimah Binti Maimun (1028).
b. Makam Sultan Malik As-Shaleh di
Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan 676 H atau1297 M.
c. Makam Syekh Maulana Malik
Ibrahim di Gresik yang Wafat tahun 1419 M.
Ditengah perbedaan penafsiran proses
masuk dan berkembangannya agama Islam di Nusantara tersebut, para ahli sepakat
bahwa golongan pembawa agama Islam di Nusantara adalah kaum pedagang, selain
sebagai kewajiban seorang Muslim, penyebaran agama melalui perdagangan ketika
itu merupakam jalan yang paling efisien.
Pada
saat itu pelayaran dan perdgangan internasional sangant berkembang. Tidak heran
jika daerah pesisir pantai terlebih dahulu memeluk agama Islam adalah daerah
Pesisir. Selain itu, kaum mubaligh atau guru agama juga datang untuk
mengajarkan dan menyebarkan agama Islam.
Kedatangan
para mubaligh ini mempercepat islamisasi daerah-daerah di Nusantara. Mereka
mendirikan banyak pesantren yang mencetak kader-kader ulama atau guru agama
lokal. Golongan lain yang juga disebut sebagai pembawa agama Islam adalah
penganut Tasawuf (kaum sufi). Mereka diperkirakan masuk ke
Nusantara pada abad ke-13.
Selain
golongan pembawa tentu terdapat pula golongan penerima agama Islam. Diantaranya
adalah
1. Para
adipati pesisir yang langsung berhubungan denagn pedagang muslim,
2. Raja
dan bangsawan yang ikut mempercepat perkembangan Islam,
3. Para
pedagang muslim yang terlibat langsung dengan pedagang Islam dari luar,
4.
Para wali songo,
5.
Rakyat yang di Islamkan Wali songo.
C. Saluran dan
Proses Islamisasi di Nusantara
Islamisasi di nusantara pada umumnya
berjalan damai, melalui perdagangan dan dakwah oleh para mubaligh dan sufi.
Namun, ada kalanya penyebaran diwarnai dengan penaklukan, misalnya jika situasi
politik dikerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan.
Disamping itu, islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan kekuasaan
dalam menghadapi lawan.
a.
Perdagangan
Islamisasi melaluai jalur
perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan dengan ramainya lalu lintas
perdagangan laut pada abad ke-7 hingga abad ke-16. Pada saat iti, pedagang
muslim yang berdagang ke nusantara semakin banyak sehingga akhirnya membentuk
pemukiman yang disebut pekojan. Dari tempat ini, mereka berinteraksi dan
berasimilasi dengan masyarakat asli sambil menyebarkan agama Islam.
b.
Perkawinan
Para pedagang yang datang ke
nusantara danyak yang menikah dengan wanita pribumi. Sebelum perkawinan
berlangsung, wanita-wanita pribumi yang belum beragama Islam diminta
mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai agamanya.
Dengan proses seperti ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat laun
berkembang dari komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan Islam.
c.
Tasawuf
Saluran penyebaran Islam yang tidak
kalah pentingnya adalah melalui tasawuf. Tasawuf adalah ajaran atau cara untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Ajaran tasawuf ini banyak dijumpai dalam cerita
babad dan hikayat masyarakat setempat. Beberapa tokoh penyebar tasawuf yang
terkenal adalah Hamzah Fansuri, Syamsudin, Syekh Abdul Shamad dan Nuruddin
Ar-Ranirry.
d.
Kesenian
Saluran penyebaran agama Islam di
Nusantara terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti peninggalan seni
bangunan, seno pahat, seni musik, dan seni sastra. Hasil-hasil tersebut dapat
pula dilihat pada masjid-masjid kuno di Demak, Cirebon, Banten, dan Aceh.
e.
Dakwah Wali Songo
Proses penyebaran Islam di Nusantara
khususnya di pulau Jawa tidak lepas dari peranan para wali. Para wali bertindak
sebagai juru dakwah, penyebar dan perintis agama Islam. Dengan bekalpengetahuan
agama dan keahlian tersebut,para wali mendapat banyak pengikut dan sangat
dihormati.
Di Jawa, terdapat sembilan wali
yang sangat terkenal. Para wali ini kemudian dikemal dengan sebutan Wali Songo
( wali sembilan, karena jumlah wali ada sembilan orang). Mereka adalah sebagai
berikut.
1. Sunan
Ampel (Raden Rahmat), di Ampel, Surabaya.
2. Sunan
Maulana Malik Ibrahim di Gresik.
3.
Sunan Giri (Raden Paku), di Bukit Giri, Surabaya.
4. Sunan
Drajat, di Drajat, Surabaya.
5. Sunan
Bonan (Makdum Ibrahim), di Bonang, Tuban
6. Sunan
Muria, yang tinggal di lereng gunung Muria, Kudus.
7. Sunan
Kalijaga (Joko Said), di Kalidangu, Demak.
8.
Sunan Kudus, yang bertempat tinggal di Kudus.
9. Sunan
Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), di Gunung Jati, Cirebon
2. Dipedesaan,
sering ada 'selametan' untuk suatu peristiwa atau peringatan disertai dengan
doa secara islam. Sementara, dalam Islam tidak ada. Mengapa? Jelaskan!
Karena,
selametan ialah bentuk adat isitiadat dari suatu wilayah yang digunakan oleh
wali songo untuk mengajarkan Islam didalamnya sebagai salah satu ucapan syukur
kepada Tuhan.
3. Jelaskan tentang upacara tabot(Bengkulu) dan apa
hubungannya dengan islam?
Perayaan
Tabot pada mulanya dibawa dan dikembangkan oleh orang-orang India asal Siphoy
yang datang bersama datangnya tentara Inggris ke Bengkulu tahun 1685. Mereka
datang ke Bengkulu dari Madras-Benggali India bagian selatan, bersama-sama
bangsa Inggris semasa pendudukannya di Bengkulu.
4. Mengapa islam diterima di Indonesia?
Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan islam begitu mudah diterima dan dengan cepat
menyebar untuk menggantikan agama Hindu dan Budha di Nusantara.
Adapun
faktor-faktor tersebut adalah:
1. Daya Tarik Islam
Salah
satu keunggulan Islam adalah watak dan semangat egaliternya. Kehidupan pembawa
agama ini di Nusantara terdiri dari para pedagang yang kaya, makmur dan
terpelajar.
Dengan
memeluk agama ini, penduduk pribumi berpeluang meningkatkan taraf hidup dan
status sosialnya. Misalnya saja dapat berpartisipasi dalam perdagangan regional
dan antarpulau, serta mampu memasukkan anak-anak mereka ke lembaga-lembaga
pendidikan yang didirikan.
Sudah
menjadi kebiasaan, di mana saja terdapat komunitas Islam dalam jumlah besar
disitu pula hadir para pendakwah dan guru agama. Masjid-masjid dan madrasah
didirikan serta pengajian-pengajian diselenggarakan secara intensif.
2. Penggunaan Kesenian
Inilah
yang dilakukan oleh Walisangaq di Jawa, seperti Sunan Bonang, Sunan Drajat,
Sunan Kudus, Sunan Kalijaga dan Sunan Gunungjati.
Seorang
sejarawan Persia abad ke-15 M yang tinggal lama di Malabar, Zainuddin
al-Ma’bari menulis dalam bukunya Tuhfat al-Mujahidin bahwa banyak penduduk
India Selatan dan Nusantara tertarik memeluk agama Islam setelah menyaksikan
dan mendengar pembacaan riwayat hidup dan perjuangan Nabi Muhammad SAW yang
disampaikan dalam bentuk syair dan dinyanyikan.
Yang
dimaksud Zainuddin al-Ma’bari adalah pembacaan Kasidah Burdah, Syaraful Anam,
Syair Rampai Maulid dan yang sejenis itu hingga sekarang masih kita saksikan di
kalangan masyarakat muslim tradisional di seluruh dunia Islam.
3. Meningkatnya Jumlah Muslim Pribumi dan Berbagai Etnik dalam
Jaringan dan Kegiatan Perdagangan
Hal
tersebut menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan ekonomi. Mereka yang
tinggal di kota-kota pelabuhan mulai banyak yang meninggalkan pasar
tradisional, menjadi perantau dan pelayar yang tangguh.
Dengan
demikian mobilitas sosial terjadi, baik secara horizontal maupun vertikal. Etos
dan budaya dagang juga berkembang. Tentu saja ini bisa kita lihat pada
etnik-etnik pesisir yang telah lama memeluk Islam dan menjadikan Islam sebagai
bagian dari dirinya seperti Minangkabau, Bugis, Makassar, Banjar, Madura, Jawa
Pesisir, Palembang dan lain-lain.
Mereka
adalah contoh beberapa suku bangsa Nusantara yang memiliki budaya dagang yang
kuat. Khusus etnik Bugis, Makassar dan Madura memiliki tradisi pelayaran jarak
jauh yang tangguh sampai sekarang. Semua itu merupakan dampak dari kedatangan
dan perkembangan Agama Islam.
Selain
ketiga faktor tersebut diatas, diterimanya agama Islam di Nusantara ini tidak
terlepas dari peran penting penggunaan bahasa melayu yang menjadi media
penyebaran agama dan bahasa pengantar dalam lembaga-lembaga Pendidikan.
5. Siapakah
sunan ampel?
SunanAmpel
Sunan
Ampel merupakan salah seorang anggota Walisanga yang sangat besar jasanya dalam
perkembangan Islam di Pulau Jawa. Sunan Ampel adalah bapak para wali. Dari
tangannya lahir para pendakwah Islam kelas satu di bumi tanah Jawa. Nama asli
Sunan Ampel adalah Raden Rahmat. Sedan gkan
sebutan sunan merupakan gelar kewaliannya, dan nama Ampel atau Ampel Denta itu
dinisbatkan kepada tempat tinggalnya, sebuah tempat dekat Surabaya.
Ia
dilahirkan tahun 1401 Masehi di Champa.Para ahli kesulitan untuk menentukan
Champ adisini, sebab belum ada pernyataan tertulis maupun prasasti yang
menunjukkan Champa di Malaka atau kerajaan Jawa. Saifuddin Zuhri (1979)
berkeyakinan bahwa Champa adalah sebutan lain dari Jeumpa dalam bahasa Aceh,
oleh karena itu Champa berada dalam wilayah kerejaan Aceh. Hamka (1981)
berpendapat sama, kalau benar bahwa Champa itu bukan yang di Annam IndoCina,
sesuai Enscyclopaedia Van Nederlandsch Indie, tetapi di Aceh.
Ayah
Sunan Ampel atau Raden Rahmat bernama Maulana Malik Ibrahim atau Maulana
Maghribi, yang kemudian dikenal dengan sebutan
Sunan Gresik. Ibunya bernama Dewi Chandrawulan, saudara kandung Putri Dwarawati
Murdiningrum, ibu Raden Fatah, istri raja Majapahit Prabu Brawijaya V. Istri
Sunan Ampel ada dua yaitu: Dewi Karimah dan Dewi Chandrawati. Dengan istri
pertamanya, Dewi Karimah, dikaruniai dua orang anak yaitu: Dewi Murtasih yang
menjadi istri Raden Fatah (sultan pertama kerajaan Islam Demak Bintoro) dan
Dewi Murtasimah yang menjadi permaisuri Raden Paku atau Sunan Giri. Dengan
Istri keduanya, Dewi Chandrawati, Sunan Ampel memperoleh lima orang anak,
yaitu: Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum,
Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian
dikenal dengan sebutan Sunan Drajat atau kadang-kadang disebut Sunan Sedayu.
Sunan Ampel dikenal sebagai orang yang berilmu tinggi dan
alim, sangat terpelajar dan mendapat pendidikan yang mendalam tentang agama
Islam. Sunan Ampel juga dikenal mempunyai akhlak yang mulia, suka menolong dan
mempunyai keprihatinan sosial yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial.
Silahkan Berkomentar Positif Ya ^^